Jumat, 14 November 2014

PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI UPAYA MENGATASI KELANGKAAN PUPUK PADA USAHATANI JERUK KEPROK SIAM



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Permasalahan
Sektor pertanian berperan penting bagi Negara Indonesia karena sektor ini berfungsi sebagai basis pembangunan ekonomi nasional dan memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki konstribusi yang masih relatif besar daripada sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian juga merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usahatani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktivitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat (Soetriono, 2006).
Subsektor pertanian yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan adalah sub sektor hortikultura. Komoditas hortikultura merupakan produk yang memiliki prospek baik untuk memenuhi pasar domestik maupun pasar internasional. Peningkaan pengetahuan terutama untuk pemenuhan gizi dan kesehatan, serta peningkatan pendapatan turut mendukung peningkatan permintaan produk tersebut. Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk pengembangan komoditas hortikultura baik tropis maupun sub tropis, karena didukung oleh keragaan karakteristik lahan, agroklimat serta sebaran wilayah yang luas (Arminati, 2010).
Salah satu komoditas dari hortikultura adalah buah-buahan, contohnya buah jeruk. Jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi  yang tinggi dan mempunyai banyak manfaat. Jeruk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik dalam kondisi iklim seperti di Indonesia. Jeruk juga merupakan komoditas buah yang cukup menguntungkan untuk diusahakan. Nilai keuntungan usahataninya sangat bervariasi berdasarkan lokasi dan jenis jeruk yang diusahakan. Jeruk dapat tumbuh dan diusahakan petani didataran rendah hingga dataran tinggi dengan varietas atau spesies komersial yang berbeda dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat berpendapatan rendah hingga yang berpenghasilan tinggi.
Pemupukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman dalam sistem budidaya atau usahatani. Sebelum revolusi hijau pada tahun 1960-an, petani di Indonesia banyak menggunakan pupuk organik. Pada saat ini petani lebih suka menggunakan pupuk anorganik dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk organik bersifat voluminous karena kandungan haranya rendah, sehingga memerlukan biaya tambahan untuk transportasi dan aplikasi jika mendatangkan dari tempat lain. Memang sebaiknya bahan organik in situ diolah terlebih dahulu menjadi kompos oleh petani bersangkutan. Efek dari penggunaan pupuk organik lambat, tidak seperti pupuk anoraganik yang respon tanaman berlangsung cepat.
Peristiwa kelangkaan pupuk anorganik sering terjadi beberapa tahun terakhir ini pada musim tanam menyebabkan banyak petani harus mencari ke kota lain dan berani membeli mahal demi kelanjutan produksi tanamnya. Hal ini merupakan indikasi bagaimana pupuk anorganik sudah merupakan kebutuhan dasar, apalagi petani sudah menggunakan bibit unggul yang membutuhkan takaran pupuk yang tinggi untuk dapat mencapai potensi hasil bibit unggul tersebut. Petani menyadari bahwa kebutuhan hara tanaman tidak dipenuhi hasil yang diperoleh akan menurun, oleh karena itu tidak heran jika petani panic karena terjadi kelangkaan pupuk.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1  Manajemen Penggunaan Pupuk pada Usahatani Jeruk Keprok Siam
Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Dewanto, dkk, 2013).
Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Umur Tanaman (Tahun)
Pupuk Kandang (Blek/Tahun/ Pohon)
Urea (Gram/ Tahun/ Pohon)
TSP (Gram/Tahun/ Pohon)
KCl (Gram/ Tahun/Pohon)
Saat Tanam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
dst.
3
3 – 4
4
6
8
10
14
16
18
20
-
200 - 300
300 - 400
400 - 500
500 - 600
600 - 800
800 - 1.000
1.000 - 1.200
1.200 - 1.400
1.400 - 1.600
-
100 - 250
150 - 200
200 - 250
200 - 300
300 - 400
400 - 500
500 - 600
600 - 700
600 - 800
-
100 - 200
150 - 200
200 - 250
250 - 300
300 - 400
400 - 500
500 - 600
600 - 700
   700 - 800
Apabila petani menginginkan mendapatkan rasa buah yang manis dan kulit buah yang mulus, pada pemupukan pertama dan kedua, urea diganti dengan ZA, dan KCl diganti dengan ZK. Pemupukan selanjutnya kembali memakai urea dan KCl. Pupuk kandang diberikan setahun sekali. Waktu pemberiannya bersamaan dengan pemupukan ketiga, untuk tanaman yang sudah berbuah. Sedangkan untuk tanaman yang belum berbuah, pupuk kandang diberikan pada awal musim hujan.
Pemupukan yang dilakukan pada usahatni jeruk yaitu dengan pemberian pupuk Urea, TSP dan KCL. Pemberian Urea berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mempercepat proses pendewasaan bunga, TSP untuk memicu rasa manis pada buah, mempercepat masaknya buah dan memicu bentuk buah yang menarik, sedangkan pupuk KCL agar tanaman tahan terhadap kondisi kering. Dosis pemupukan tanaman jeruk berbeda-beda tergantung umur dari tanaman jeruk tersebut. Saat ini dosis yang digunakan oleh Bapak Tarji dalam setahunnya adalah 140 kg Urea, 35 kg TSP, dan 100 kg KCL. Pemberian pupuk dilakukan mengggunakan sistem melingkar atau saluran. Pupuk tidak boleh ditaburkan karena sebagian pupuk akan hilang percuma terbawa air. Pemupukan yang terlalu sering akan mengakibatkan terjadinya pengguguran daun secara berlebihan. Biasanya pemupukan 2 kali adalah untuk tanaman yang belum berbuah yaitu pada awal dan akhir musim hujan, masing-masing setengah dosis yang ditentukan. Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan tiga kali setahun. Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5 bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat setelah panen.

2.2 Faktor Penyebab Kelangkaan Pupuk
Secara umum permasalahan kelangkaan pupuk (yang merefleksikan ketidaktepatan dosis, jenis, mutu, waktu dan tempat) dan harga yang dibayar petani atas Harga Eceran Tinggi, lebih banyak disebabkan pada sistem distribusi yang berjalan tidak efektif. Permasalahan kelangkaan pupuk bersubsidi pada dasarnya disebabkan oleh ketidaktepatan pupuk dalam hal jumlah dan waktu dengan berbagai penyebab, diantaranya adalah persoalan kurangnya alokasi, kurang tepatnya perencanaan, adanya perembesan dan belum lancarnya infrastruktur distribusi. Selain itu juga ada faktor lain yang menyebabkan kelangkaan pupuk yang terjadi selama ini. Dua faktor di antaranya adalah: turunnya produksi pupuk akibat kelangkaan pasokan gas, dan terjadinya penyimpangan distribusi akibat adanya disparitas harga pupuk.
Kelangkaan pupuk dapat disababkan oleh tiga faktor. Pertama, aksi panic buying atau pembelian secara terburu-buru di kalangan petani. Kedua, pemerintah daerah yang tidak menggunakan kewenangan realokasi. Ketiga, selisih harga antara harga pokok produksi dengan harga eceran tertinggi. Faktor panic buying mendorong petani membeli pupuk melebihi kebutuhan sehingga kuota pupuk terus terserap melebihi kebutuhan. penyerapan yang berlebihan itu dipicu oleh para petani yang tidak tergabung di gabungan kelompok tani. Pemerintah daerah seharusnya bisa mengatasi bila menggunakan kewenangannya untuk realokasi kuota pupuk. Kondisi itu terjadi karena gubernur atau bupati menghendaki persediaan pupuk di daerahnya selalu tercukupi. Kelangkaan juga diperburuk disparitas harga antara harga pokok produksi dengan harga eceran tertinggi yang disebabkan oleh komponen produksi yang terus meningkat, sedangkan harga eceran tertinggi tidak pernah berubah (Basuki, 2014).
Petani masih sangat tergantung pada pupuk anorganik karena sebagian besar petani masih menggunakan pupuk anorganik meski beberapa petani telah menggunakan pupuk organik dalam berusahatani walaupun komposisinya tidak sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang. ketergantungan petani pada pupuk anorganik bersubsidi berperan dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi karena petani sudah terbiasa menggunakan pupuk anorganik tersebut. Petani juga lebih tergantung pada pengalaman yang dimiliki, karena menurut mereka pengalaman sangat penting dalam berusahatani. Penggunaan pupuk anorganik oleh petani yang tidak ingin mencampur dengan pupuk organik menyebabkan kondisi pupuk anorganik menjadi berkurang dan sulit untuk didapatkan lagi.

2.2  Strategi dalam Mengatasi Kelangkaan Pupuk
2.3.1 Kebijakan Pemerintah
Keberhasilan intensifikasi pertanian ternyata berdampak pada pengurasan potensi lahan yang mengalami marginalisasi yaitu dengan makin banyaknya unsur hara yang setiap tahun terangkut melalui panen, laju pelapukan bahan organik dipercepat mengakibatkan tanah kehilangan daya adsorpsi hara. Pengelolaan kesuburan tanah pada sistem ini hanya ditekankan pada penambahan pupuk anorganik secara berlebihan tanpa adanya upaya menjaga kestabilan bahan organik dalam mempertahankan kesuburan tanah. Klimaks dari teknologi pertanian masa lalu tersebut adalah makin meluasnya areal lahan kritis. Areal lahan kritis yang saat ini tersebar diperkirakan setiap tahun bertambah seluas 300.000 – 600.000 hektar, sebagai indikasi bahwa usaha-usaha ke arah pelestarian lahan-lahan pertanian belum dilakukan secara benar (Jusuf, dkk, 2007).
Produksi pupuk sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah, karena produsen pupuk yang semuanya merupakan BUMN tujuan utamanya adalah untuk mendukung kegiatan pertanian dan perkebunan di Indonesia. Selain produksi yang mengacu pada kebutuhan domestik, perkembangan produksi pupuk juga terkendala pasokan gas yang terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan industri pupuk di Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan perkembangan produksi cenderung stagnan.  Pemerintah berpandangan peranan pupuk sangat penting di dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian, sehingga pemerintah menetapkan pemberian subsidi pupuk (Kudrati dan Kusmiati, 2010).
Selama ini pemerintah lebih bersifat pragmatis terhadap kasus kelangkaan pupuk yang terjadi. Pemerintah lebih cenderung melakukan tindakan penanganan setelah kasus kelangkaan terjadi bukan sebelum krisis terjadi. Hal ini diharapkan dapat diperbaiki secara perlahanlahan. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis faktor kritis penyebab kelangkaan secara mendalam untuk melakukan deteksi dini terhadap kondisi kelangkaan pupuk yang terjadi di pasar agar pemerintah atau pihak terkait dapat mengambil kebijakan lebih awal. Hal ini bertujuan agar petani tidak terlalu terbebani dengan kasus kelangkaan pupuk tersebut. Kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam menangani masalah kelangkaan pupuk yaitu dengan pemberian susidi pupuk (insentif) untuk sektor pertanian, kebutuhan pupuk di susun berdasarkan pada riil di tingkat lapangan, memproduksi pupuk bersubsidi dan menjamin pengadaan dan penyalurannya sampai ke tangan petani bekerja sama dengan distribrutor dan pengecer.
2.3.2 Penerapan Pertanian Organik
Tanaman jeruk telah lama dibudidayakan di Indonesia dan di negara-negara tropis Asia lainnya sebab tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara Asia termasuk wilayah Indonesia. Tanaman jeruk memiliki banyak cultivar dan setiap cultivar memiliki sifat-sifat tersendiri. Pohon jeruk cocok ditanam dimana saja baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi tetapi tetap diperhatikan pengaturan airnya sebab tanaman jeruk selalu membutuhkan pola drainase yang baik. Tanaman jeruk sangat menyukai sinar matahari sehingga tidak diperlukan tanaman pelindung. Tanaman jeruk juga bisa diperdukan, sehingga ketinggiannya dapat diatur 5-15 meter. Tanaman jeruk rata-rata berbunga sepanjang tahun karena bunganya tidak mengenal musim. Umur tanaman jeruk yang dibudidayakan dengan baik maksimal dapat mencapai umur 10-15 tahun. Setelah mencapai umur tersebut dapat dilakukan peremajaan kembali (AAK, 2006).
Jeruk merupakan buah yang paling banyak di jumpai di Indonesia namun tidak semua memiliki rasa yang manis. Perlu adanya cara budidaya jeruk yang baik, dari pembibitan hingga panen. Bibit atau biji yang baik dapat diambil dari pohon induk yang sudah terbukti bagus dan bebas dari penyakit. Syarat bibit jeruk yang baik yaitu bebas dari penyakit terutama CVPD, pertumbuhan visual baik dan sehat.  Bibit jeruk yang ditanam biasanya berasal dari perbanyakan vegetatif, dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit. Waktu menanam yang baik pada musim penghujan hingga menjelang musim kemarau, lahan yang digunakan harus dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Pupuk yang digunakan dalam tanaman jeruk yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik, pupuk organik seperti pupuk kandang dan pupuk kompos, sedangkan anorganik Nitrogen (N), Fosfor (F) dan pupuk K, untuk menunjang pertumbuhan jeruk (Nurasa, 2005).
Tanah yang merupakan media tumbuh utama dan sekaligus sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman mempunyai beragam sifat dan struktur. Dari hasil analisis tanah diketahui bahwa tanah awal mengandung unsur N dan C organik sangat rendah sehingga unsur N dan C organik menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Penambahan kompos dosis 20 dan 30 ton/ha mampu meningkatkan kandungan C organik dan bahan organik tanah, tetapi tidak mengubah status kandungan N total, P dan K. Walaupun harkat P dan K tanah tidak berubah, namun ketersediaaan unsur P dan K meningkat cukup banyak dengan perlakuan pemupukan kompos gulma siam. Peningkatan unsur K ini diduga karena adanya proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik dan unsur hara seperti asam fulvat dan asam humat (Kastono, 2005).
Mengatasi dan mengantisipasi terjadinya kelangkaan pupuk serta menjaga dan memperbaiki lahan dari kerusakan akibat kelebihan penggunaan pupuk anorganik, maka petani harus berupaya untuk mengganti penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang dapat dan berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Peran pupuk organik tersebut ke depan sangat penting dan strategis, disamping dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah, penggunaan pupuk organik dapat secara langsung atau tidak langsung dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik. Berkembangnya usahatani menggunakan pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanah yang nantinya dapat meningkatkan produktivitas tanaman yang menyehatkan serta dapat meningkatkan pendapatan petani dan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat.
Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan sangat bervariasi misalnya unsur nitrogen, fosfor, dan kalium serta mengandung unsur mikro esensial lainnya. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi keretakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembaban tanah dan memperbaiki pengatusan dakhil. Pupuk organik yang dapat digunakan adalah kompos, pupuk kandang, azola, pupuk hijau, limbah industri termasuk limbah rumah tangga. Secara garis besar, pupuk organik akan mempengaruhi sifat fisik tanah, memperbaharui sifat kimia tanah, mempengaruhi sifat biologi tanah, dan mempengaruhi kondisi sosial (Sutanto, 2006).
Pupuk organik memberi nilai tambah tersendiri. Tergantung dengan pupuk kimia, dapat meningkatkan produksi tanpa harus meningkatkan pupuk setiap musim tanamnya. Pertanian organik pada dasarnya adalah sistem bertani dengan menggantungkan pada kearifan alam untuk mengendalikan populasi makhluk hidup dan menyediakan hara untuk pertumbuhan tanaman. Dengan memperkaya tanah dengan berbagai nutrisi dan mikroorganisme sebagai akibatnya akan memberikan produk pertanian yang lebih banyak. Selain itu pertanian organik dapat dijadikan alternatif pilihan dalam upaya mengatasi kelangkaan pupuk dan ketergantungan petani terhadap input pertanian dari luar karena itu model pertaniaan organik ini harus terus dikembangkan dan didukung sebab sistem ini telah diakui dunia sebagai pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Secara umum model pertanian ini secara teknik tepat, secara ekonomi dapat berkembang, secara kultur dapat diterima dan berdasarkan sains yang holistik. Sistem ini dapat menjawab keprihatinan terhadap timbulnya berbagai masalah pada sebagian lahan pertanian. Penggunaan pupuk organik untuk pengolahan pertanian akan menghasilkan hasil produksi yang lebih banyak dan berkwalitas karena tanah yang gembur. Selain itu harga pemasaran untuk produk oranik lebih mahal hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan produk anorganik. Sehingga keuntungan pentani organik lebih besar daripada petani anorganik.

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Manajemen pemupukan pada usahatani jeruk keprok siam antara lain: (1) dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5 bagian dari dosis per tahunnya, (2) pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian (3) sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat setelah panen.
2. terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kelangkaan pupuk yaitu aksi panic buying atau pembelian secara terburu-buru di kalangan petani, pemerintah daerah yang tidak menggunakan kewenangan realokasi, serta selisih harga antara harga pokok produksi dengan harga eceran tertinggi
3. Pertanian organik dapat dijadikan alternatif pilihan dalam upaya mengatasi kelangkaan pupuk dan ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik.

3.2 Saran
1. Dalam hal ini pemerintah harus jauh lebih tegas untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk, sehingga tidak ada hambatan bagi petani jeruk untuk mengembangkan usaha tani jeruk.
2. Petani seharusnya menerapkan sistem tanam organik dengan memanfaatkan pupuk organik agar tidak selalu bergantung pada anorganik agar keberlanjutan usahatani jeruk dapat berjalan secara optimal.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar