BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya
tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya
dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan
produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi
semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Sektor
pertanian berperan penting bagi Negara Indonesia karena sektor ini berfungsi
sebagai basis pembangunan ekonomi nasional dan memegang peranan penting dalam
kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki
konstribusi yang masih relatif besar daripada sektor-sektor lainnya. Sektor
pertanian juga merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai
penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang
dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan
usahatani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara
pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan
produktivitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani
dapat meningkat (Soetriono, 2006).
Pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan
industri yang menciptakan nilaitambah bagi komoditi perikanan melalui produk
olahan dalam bentuk setengah jadi maupun barang jadi yang bahan bakunya
berasal dari hasil perikanan. Usaha-usaha pengolahan hasil perikanan yang
mengarah pada kegiatan industri yaitu pengolahan hasil perikanan
menjadi bahan makanan. Salah satu produk perikanan olahan yang dapat
diolah yaitu Belut. Belut merupakan salah satu sumber lauk-pauk yang memiliki
kandungan protein tinggi. Dalam100 gram terkandung protein 14%, lemak 27%, zat
besi 2,0 mg, kalsium 20 mg,vitamin A 1.600 SI (satuan Internasional), vitamin B
0,1 mg, vitamin C 2,0 mg.
Salah satu strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas
pertanian dalam rangka globalisasi perdagangan dan industrialisasi adalah
melalui strategi agribisnis. Sistem agribisnis dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas mutu dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada
pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri yang
terkait satu sama lain. Subsistem agroindustri mempunyai tujuan
untuk menambah nilai komoditi pertanian melalui perlakuan – perlakuan yang
dapat menambah kegunaan komoditi, baik kegunaan bentuk, tempat, waktu, maupun
kepemilikan
Pertumbuhan usahatani
skala kecil dan menengah berkembang mewarnai perekonomian di daerah diikuti
dengan bertumbuhnya sektor industri seperti industri makanan, kerajinan, mebel,
hingga konveksi atau tekstil, dimana keberadaannya menjadi salah satu solusi
dalam mengatasi angka pengangguran sekaligus menggerakkan roda perekonomian daerah.
Kegiatan usahatani dilakukan agar dapat meningkatkan potensi dan nilai jual
sumberdaya. Terdapat banyak usahatani kecil dan menengah yang memberikan dampak
bervariasi pada lingkungan setempat. Beberapa usahatani maupun industri skala
kecil dan menengah telah menyadari bahwa mereka memberikan dampak terhadap
lingkungan dibandingkan yang lain karena proses produksi atau karena kontribusi
total produksi dalam masing- masing usaha atau lokasinya sehingga mereka mulai
melakukan upaya pengelolaan lingkungan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
prospek pengolahan belut saat ini dan masa yang akan datang?
2.
Bagaimana
perluasan skala usaha pengolahan belut agar dapat meningkatkan pendapatan dan
keberlanjutan pengembangan belut?
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1
Tujuan
1.
Bagaimana
prospek pengolahan belut saat ini dan masa yang akan datang?
2
Bagaimana
perluasan skala usaha pengolahan belut agar dapat meningkatkan pendapatan dan
keberlanjutan pengembangan belut?
2.1.1
Manfaat
1.
Dapat dijadikan sebagai pengetahuan
terkait perlunya perluasan skala usaha guna peningkatan pendapatan dan keberlanjutan dari suatu usaha.
BAB 2.
PEMBAHASAN
2.1
Prospek Pengolahan Belut Saat Ini dan Masa yang Akan
Datang
Ikan belut merupakan salah satu
jenis ikan air tawar yang potensial untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya di
masa mendatang. Saat ini ikan belut sawah telah dimanfaatkan sebagai sumber protein
bahkan dibeberapa daerah telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk dijadikan
bahan baku pembuatan seperti keripik belut pada industri rumah tangga. Dalam
rangka mengembangkan kegiatan budidaya ikan belut di masyarakat dibutuhkan teknologi sederhana yang
mudah diterapkan dilapangan. Untuk menciptakan teknologi budidaya tersebut dibutuhkan
informasi dasar dan salah satunya adalah informasi tentang aspek
eko-biologinya. Disamping itu perlu pula diketahui pada ketinggian berapa budidaya
ikan belut dapat dikembangkan. Sehubungan dengan masih terbatasnya informasi
tentang aspek eko-biologi ikan tersebut perlu dilakukan penelitian (Affandi,
dkk, 2003).
Menurut Adianto dan Agustin (2005), persaingan dunia usaha yang semakin tinggi saat ini, perusahaan harus dapat mengembangkan dan mengolah berbagai sumber daya yang dimilikinya, antara lain sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah penggerak utama suatu organisasi atau perusahaan. Pencapaian tujuan perusahaan akan terlaksana apabila sumber daya manusianya menunjukkan performansi kerja yang baik. Performansi kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti karakteristik pekerjaan, kepuasan kerja, gaya kepemimpinan, motivasi, dan lain-lain. Agar dapat bertahan dan berkembang dalam kondisi tersebut, suatu perusahaan harus bisa mengembangkan dan mengolah sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia harus terus dikembangkan, karena tidak seperti mesin yang selalu melakukan aktivitas yang sama setiap waktu, manusia selalu mengalami perubahan dan perkembangan, karena perubahan yang terjadi tersebut akan menimbulkan berbagai jenis tantangan yang harus dihadapi dan diatasi dengan baik.
Strategi pembangunan
pertanian yang berwawasan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa
pengembangan agroindustri merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk
mencapai beberapa tujuan, yaitu : menarik dan mendorong munculnya industry baru
di sektor pertanian, menciptakan lapangan kerja. Peranan agroindustri sebagai
pengolah hasil pertanian sesungguhnya sangat penting bagi pengembangan sektor
pertanian karena peranannya dalam mengubah sifat-sifat khas komoditi pertanian
yang dianggap negatif. Peranan agroindustri dalam mengubah kharateristik
komoditi pertanian tersebut adalah : menciptakan produk-produk baru yang lebih
diterima konsumen, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan daya tahan
produk.
Menurut Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2014), sentra
perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis
dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah
Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat
penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan. Budidaya
ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran serta pengolahan
belut mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan
belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan
diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
Prospek
usaha belut dinilai sangat baik dilihat dari pasar dalam negeri maupun luar
negeri, jika ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan. Di sisi penawaran,
kapasitas produksi belut di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi
yang sesungguhnya. Hal ini terlihat dari masih banyaknya perusahaan pembibitan,
pakan ternak, dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah kapasitas
terpasang. Artinya, prospek pengembangannya masih terbuka. Di sisi permintaan,
saat ini produksi belut baru mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri sebesar
65%. Iklim perdagangan global yang sudah mulai terasa saat ini, semakin
memungkinkan produk belut Indonesia untuk ke pasar luar negeri, mengingat
produk belut bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan per kapita per
tahun (Mapigau dan Esso, 2011).
2.2
Perluasan skala usaha pengolahan belut agar dapat
meningkatkan pendapatan dan keberlanjutan pengembangan belut
Agroindustri
merupakan usaha meningkatkan efisiensi faktor pertanian hingga menjadi kegiatan
yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian. Melalui modernisasi
di sektor agroindustri dalam skala nasional, penerimaan nilai tambah dapat di
tingkatkan sehingga pendapatan ekspor akan lebih besar lagi. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil (Saragih, 2004).
Pendapatan
yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan
pendapatan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi
mempunyai tujuan nemperkecil biaya produksi per satuan produk yang dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai
tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan
produkai yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya
keseluruhan (Rahardi, 1999).
Sampai saat ini usahatani dan
agroindustri belut masih didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah namun
telah bersifat komersial. Karena telah bersifat komersial, maka salah satu
tujuan dalam pengelolaan adalah untuk memperoleh keuntungan. Oleh karena itu,
pengelola usaha akan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Keuntungan maksimum akan tercapai apabila semua
faktor produksi telah dialokasikan penggunaannya secara optimal dan efisien,
baik efisiensi secara teknis, harga, dan ekonomi. Artinya, pembudidaya harus
optimal dalam menggunakan input produksi agar tercapai suatu produktivitas yang
tinggi sekaligus melakukan efisiensi biaya. Sehingga keuntungan maksimum pada
jangka pendek dapat dicapai dengan menyamakan nilai produktivitas marjinal dari
output dengan biaya korbanan marjinalnya atau harga input yang bersangkutan.
Selain itu, upaya pencapaian efisiensi ekonomis produksi juga dapat dilakukan
peternak dengan cara memperluas skala usahanya. Perluasan skala usaha akan
berdampak terhadap penurunan biaya input tetap dan total yang semakin menurun
akibat kenaikan jumlah output yang dihasilkan (Mandaka dan Hutagaol, 2005).
Penentuan skala usaha dapat
ditentukan dengan memperhatikan kecenderungan skala usaha yang ada. Dalam
kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah (increasing retuns to scale) sebaiknya besarnya usaha diperluas
untuk menurunkan biaya produksi rata-rata sehingga menaikkan keuntungan.
Berbeda jika kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil tetap (constant returns to scale), maka
perluasan tidak berpengaruh terhadap biaya produksi rata-rata. Sedangkan jika
kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil berkurang maka perluasan usaha akan
mengakibatkan naiknya biaya produksi rata-rata. Penentuan kondisi usaha pada
pengembangan usaha belut merupakan dalam
kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah karena dalam usaha ini belum
terlalu banyak pesaing sehingga dapat menguasai pasar secara optimal.
Pertumbuhan industri
kecil dan menengah akan berdampak pada pembangunan perekonomian suatu daerah.
Dilihat dari jumlah dan kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja serta
beraneka ragamnya produk yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa peranan industri
sangat strategis dalam rangka pemerataan pembangunan dan pengentasan
kemiskinan. Dengan banyaknya unit usaha dan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap ditambah
dengan potensi pasar dan berdaya saing maka pada sentra industri alas patut
dikembangkan untuk dipertahankan agar dapat semakin memberi kontribusi bagi
daerah (Wardhani, 2013).
Pengembangan perusahaan dengan perluasan skala usaha bisa dilakukan dengan
skala produksi (kapasitas produksi), tenaga kerja, teknologi, lokasi usaha, dan
sistem distribusi serta jaringan usaha. Penambahan skala usaha bisa dilakukan
dengan menambah kapasitas mesin dan kapasitas tenaga kerja, serta tambahan
jumlah modal untuk investasi. Sebelum memperluas produksi, harus diperhatikan
prospek pemasarannya. Pengembangan skala usaha juga bisa
dilakukan dengan menambah jenis-jenis barang atau jasa yang akan dihasilkannya
atau diusahakannya. Pengembangan usaha bisa dilakukan hanya apabila akan
menurunkan biaya jangka panjang, sehingga akan menaikan skala ekonomi yang
tinggi. Sebaliknya, bila peningkatan skala usaha hanya akan meningkatkan biaya,
maka pengembangan skala usaha tidak baik untuk dilakukan. Jadi, peningkatan
skala usaha hanya bisa dilakukan dengan cara peningkatan output menurunkan
biaya rata-rata jangka panjang. Teknik pengembangan skala usaha sangat
tergantung juga pada produktivitas faktor-faktor produksi seperti produktivitas
tenaga kerja, dan produktivitas modal.
Menurut Soekartawi (2002), di Indonesia, masih
sangat kecil sekali usaha tani, sehingga menyebabkan kurangnya efisien
produksi. Hal-hal yang harus ditempuh untuk mengatasi hal tersebut yaitu
melalui pendekatan kerja sama kelompok. Kemampuan untuk
membiayai usaha sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di
bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan dalam permodalan tersebut
dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan
pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya
rendah Untuk
mendukung keberhasilan pengembangan dan pembangunan, aspek yang akan berperan
adalah :
1.
Aspek sumberdaya (faktor produksi)
2.
Aspek kelembagaan
3.
Aspek penunjang pembangunan pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar