PENDAHULUAN
Bioteknologi
adalah pemanfaatan makhluk hidup untuk mengubah bahan menjadi produk dengan
menggunakan prinsip-prinsip ilmiah. Bioteknologi ini meliputi biologi
molekuler, biokimia dan rekayasa genetika. Teknik bioteknologi tanaman di bidang pertanian telah
dimanfaatkan terutama untuk memberikan karakter atau sifat baru pada berbagai
jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika tanaman memungkinkan pengintegrasian
gen-gen yang berasal dari organisme lain untuk perbaikan sifat tanaman (Thompson, 2008).
Jagung merupakan
tanaman pangan kedua setelah padi yang merupakan salah satu sumber karbohidrat
utama. Produksi jagung nasional yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan
jagung nasional menjadi alasan utama bagi pemerintah dalam mengembangkan
komoditas tersebut. Salah satu upaya meningkatkan produktivitas dan mutu jagung
adalah dengan melalui penggunaan benih jagung yang bermutu tinggi, hal ini
dilakukan dengan pengembangan kualitas genetik seperti penggunaan marka
mikrosatelit. Benih unggul yang dikembangkan adalah benih yang adaptif seperti
varietas hibrida. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman pada pasal 8 menyebutkan bahwa perolehan benih bermutu untuk
pengembangan budidaya tanaman dapat melalui kegiatan penemuan varietas unggul
dan atau introduksi dari luar negeri. Penggunaan jagung hibrida memberikan
banyak manfaat bagi petani termasuk peningkatan produktivitas, mutu, bahkan
pendapatan dari petani.
CONTOH
KASUS
Kabupaten
Pasaman Barat sebagai sentra utama produksi jagung memiliki potensi lahan
sesuai dan yang paling besar ketersediaannya untuk pengembangan jagung. Data
hasil pengamatan menunjukkan bahwa lahan yang dapat dimanfaatkan untuk
usahatani jagung mencapai 142.850 ha/thn. Upaya peningkatan produksi jagung
tingkat produktivitas rendah dan sedang (< 5 t/ha) dilakukan inovasi bibit
unggul hibrida melalui pendekatan pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT).
Peningkatan produktivitas menjadi > 6 t/ha. Hasil analisa usahatani jagung
pada tingkat petani di Pasaman Barat menunjukkan bahwa biaya produksi jagung
rata-rata sebesar Rp 779,-/kg. Berdasarkan hasil B/C ratio diketahui setiap Rp
1,0 uang yang dikeluarkan petani, keuntungan sebesar Rp 2,31 atau dengan modal
Rp 4.674.000,-/ha memberikan keuntungan sebesar Rp 6.126.000,-/ha. Bila masa
pertanaman jagung 4 bulan maka pendapatan petani jagung per bulannya sebesar Rp
1.531.500,- (Jastra, 2012).
PEMBAHASAN
Jagung
hibrida mampu meningkatkan produktivitas jagung karena kualitas hasil jagung
yang baik. Kadar air panen yang cukup rendah, menyebabkan susut berat biji
setelah proses pengeringan. Perizinan penggunaan jagung hibrida berdasarkan atas keputusan Menteri Pertanian
Tentang Pelepasan Galur Jalur Hibrida. Salah satu jenis jagung hibrida yang
disah kan oleh Menteri Pertanian yaitu Keputusan Meteri Pertanian Nomor 570/
Kpts/SR.120/10/2004 tentang Pelepasan Galur Jagung Hibrida Exp. 03. 10 Sebagai
Varietas Unggul dengan Nama Bisi-16, dengan pertimbangan bahwa galur jagung
hibrida Exp. 03. 10 mempunyai potensi hasil yang tinggi, produktivitas stabil
pada musim hujan dan kemarau, umur agak dalam, bentuk tonkol besar, biji
panjang, tahan terhadap penyakit karat daun dan bercak daun.
Jagung hibrida dikenal
juga dengan varietas jagung bersari bebas. Penggunaan varietas ini akan sangat
signifikan jika digunakan untuk meningkatkan produksi tinggi. Akan tetapi
varietas ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya, harga benih yang relatif
lebih mahal dibanding dengan varietas lainnya, kemudian penggunaan benih hanya
dapat digunakan maksimal hingga 2 turunan saja, selain itu hanya tersedia dalam
jumlah yang terbatas (Purwono dkk,
2005). Untuk mengontrol kemurnian kultivar dan inbrida pembentuknya dari
generasi ke generasi secara cepat dan akurat, maka pemanfaatan alat bantu marka
molekuler seperti SSR sangat mendukung (Surahman dkk, 2012).
Pembentukan
populasi dan program seleksi bertujuan untuk memaksimalkan karakter penting,
selain mempertahankan karakter lain pada tingkat yang sama, atau di atas
standar minimum untuk diterima sebagai varietas komersial. Hal tersebut dapat
dicapai dengan prosedur berikut: 1. Persilangan dilakukan hanya di antara
populasi yang terseleksi, yakni populasi dengan fenotipe sama untuk karakter
kedua (saat berbunga, umur panen, dan lain-lain), tetapi dengan fenotipe yang
berbeda untuk karakter yang diutamakan (seperti hasil); 2. Persilangan
antarpopulasi dibatasi oleh individu-individu dari populasi tetua yang
mempunyai fenotipe yang sama, dengan memperhatikan karakter kedua terpenting;
3. Memperbaiki populasi-populasi asal yang berbeda dalam karakter kedua
terpenting sebelum dilakukan persilangan di antara populasi tersebut, kemudian
dilanjutkan dengan program utama seleksi.
KESIMPULAN
Jagung hibrida merupakan salah satu
varietas yang dikembangkan untuk memperbaiki mutu dan produktivitas dari
komoditas jagung. Meskipun menguntungkan, dalam pengembangan jagung hibrida ini
tentunya pemerintah dan para petani tetap harus memperhatikan aturan yang ada
terkait sistem budidaya tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar