Sabtu, 11 April 2015

PENGEMBANGAN JAGUNG HIBRIDA SEBAGAI PERBAIKAN MUTU DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG LOKAL



PENDAHULUAN
Bioteknologi adalah pemanfaatan makhluk hidup untuk mengubah bahan menjadi produk dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah. Bioteknologi ini meliputi biologi molekuler, biokimia dan rekayasa genetika. Teknik bioteknologi tanaman di bidang pertanian telah dimanfaatkan terutama untuk memberikan karakter atau sifat baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika tanaman memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain untuk perbaikan sifat tanaman  (Thompson, 2008).
Jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi yang merupakan salah satu sumber karbohidrat utama. Produksi jagung nasional yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan jagung nasional menjadi alasan utama bagi pemerintah dalam mengembangkan komoditas tersebut. Salah satu upaya meningkatkan produktivitas dan mutu jagung adalah dengan melalui penggunaan benih jagung yang bermutu tinggi, hal ini dilakukan dengan pengembangan kualitas genetik seperti penggunaan marka mikrosatelit. Benih unggul yang dikembangkan adalah benih yang adaptif seperti varietas hibrida. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pada pasal 8 menyebutkan bahwa perolehan benih bermutu untuk pengembangan budidaya tanaman dapat melalui kegiatan penemuan varietas unggul dan atau introduksi dari luar negeri. Penggunaan jagung hibrida memberikan banyak manfaat bagi petani termasuk peningkatan produktivitas, mutu, bahkan pendapatan dari petani.

CONTOH KASUS
Kabupaten Pasaman Barat sebagai sentra utama produksi jagung memiliki potensi lahan sesuai dan yang paling besar ketersediaannya untuk pengembangan jagung. Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usahatani jagung mencapai 142.850 ha/thn. Upaya peningkatan produksi jagung tingkat produktivitas rendah dan sedang (< 5 t/ha) dilakukan inovasi bibit unggul hibrida melalui pendekatan pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT). Peningkatan produktivitas menjadi > 6 t/ha. Hasil analisa usahatani jagung pada tingkat petani di Pasaman Barat menunjukkan bahwa biaya produksi jagung rata-rata sebesar Rp 779,-/kg. Berdasarkan hasil B/C ratio diketahui setiap Rp 1,0 uang yang dikeluarkan petani, keuntungan sebesar Rp 2,31 atau dengan modal Rp 4.674.000,-/ha memberikan keuntungan sebesar Rp 6.126.000,-/ha. Bila masa pertanaman jagung 4 bulan maka pendapatan petani jagung per bulannya sebesar Rp 1.531.500,- (Jastra, 2012).
PEMBAHASAN
Jagung hibrida mampu meningkatkan produktivitas jagung karena kualitas hasil jagung yang baik. Kadar air panen yang cukup rendah, menyebabkan susut berat biji setelah proses pengeringan. Perizinan penggunaan jagung hibrida  berdasarkan atas keputusan Menteri Pertanian Tentang Pelepasan Galur Jalur Hibrida. Salah satu jenis jagung hibrida yang disah kan oleh Menteri Pertanian yaitu Keputusan Meteri Pertanian Nomor 570/ Kpts/SR.120/10/2004 tentang Pelepasan Galur Jagung Hibrida Exp. 03. 10 Sebagai Varietas Unggul dengan Nama Bisi-16, dengan pertimbangan bahwa galur jagung hibrida Exp. 03. 10 mempunyai potensi hasil yang tinggi, produktivitas stabil pada musim hujan dan kemarau, umur agak dalam, bentuk tonkol besar, biji panjang, tahan terhadap penyakit karat daun dan bercak daun.
Jagung hibrida dikenal juga dengan varietas jagung bersari bebas. Penggunaan varietas ini akan sangat signifikan jika digunakan untuk meningkatkan produksi tinggi. Akan tetapi varietas ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya, harga benih yang relatif lebih mahal dibanding dengan varietas lainnya, kemudian penggunaan benih hanya dapat digunakan maksimal hingga 2 turunan saja, selain itu hanya tersedia dalam jumlah yang terbatas (Purwono dkk,  2005). Untuk mengontrol kemurnian kultivar dan inbrida pembentuknya dari generasi ke generasi secara cepat dan akurat, maka pemanfaatan alat bantu marka molekuler seperti SSR sangat mendukung (Surahman dkk, 2012).
Pembentukan populasi dan program seleksi bertujuan untuk memaksimalkan karakter penting, selain mempertahankan karakter lain pada tingkat yang sama, atau di atas standar minimum untuk diterima sebagai varietas komersial. Hal tersebut dapat dicapai dengan prosedur berikut: 1. Persilangan dilakukan hanya di antara populasi yang terseleksi, yakni populasi dengan fenotipe sama untuk karakter kedua (saat berbunga, umur panen, dan lain-lain), tetapi dengan fenotipe yang berbeda untuk karakter yang diutamakan (seperti hasil); 2. Persilangan antarpopulasi dibatasi oleh individu-individu dari populasi tetua yang mempunyai fenotipe yang sama, dengan memperhatikan karakter kedua terpenting; 3. Memperbaiki populasi-populasi asal yang berbeda dalam karakter kedua terpenting sebelum dilakukan persilangan di antara populasi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan program utama seleksi.
KESIMPULAN
            Jagung hibrida merupakan salah satu varietas yang dikembangkan untuk memperbaiki mutu dan produktivitas dari komoditas jagung. Meskipun menguntungkan, dalam pengembangan jagung hibrida ini tentunya pemerintah dan para petani tetap harus memperhatikan aturan yang ada terkait sistem budidaya tanaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar