Konsep nilai tambah adalah suatu
perubahan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan terhadap suatu input pada
suatu proses produksi. Arus peningkatan nilai tambah komodutas pertanian
terjadi di setiap mata rantai pasok dari hulu ke hilir berawal dari petani dan
berakhir pada konsumen akhir. Nilai tambah komoditas pertanian di sektor hulu
dapat dilakukan dengan penyediaan bahan baku berkualitas dan berkesinambungan
yang melibatkan para pelaku mata rantai pertama. Nilai tambah pada sektor hilir
melibatkan industri pengolahan. Komoditas pertanian yang bersifat perishable (mudah rusak) dan bulky (kamba) memerlukan penanganan yang
tepat, sehingga produk pertanian siap dikonsumsi oleh konsumen. Perilaku
tersebut antara lain pengolahan, pengemasan, pengawetan, dan manajemen mutu
untuk menambah kegunaan menimbulkan nilai tambah sehingga harga produk
pertanian menjadi tinggi (Marimin dan Magfiroh, 2010)
Menurut Sudiyono (2002), nilai
tambah merupakan proses pengolahan bahan yang menyebabkan adanya pertambahan
nilai produksi. Analisis nilai tambah menunjukkan bagaimana kekayaan perusahaan
diciptakan melalui proses produksi dan bagaimana distribusi dari kekayaan
tersebut dilakukan. Besarnya nilai tambah didapat dari pengurangan biaya bahan
baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk
tenaga kerja. Secara matetik dinyatakan sebagai berikut:
Nilai tambah =
(K,B, T,U,H,h,L)
Keerangan :
K = Kapasitas produksi
B = Bahan baku yang digunakan
T = Tenaga kerja yang dugunakan
U = Upah tenaga kerja
H = Harga output
h = Harga bahan baku
L = Nilai
input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk
menambah nilai)
Menurut
Hayami et al., dalam Sudiyono (2002),
ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan
dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah
untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor
pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan
baku yang digunakan, dan tenaga kerja. Besarnya nilai tambah karena proses
pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap
nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar